Cerita ini berawal di sini, dari sebuah tembok kokoh dan dingin yang senantiasa menyimpan misteri masa lalu yang berhasil ku ungkap dari sebuah petualangan yang tdk aku sengaja. Sebuah petualangan yg tdk lazim dan walau susah dicerna akal sehat tapi ini benar-benar terjadi...
Sdh 39 hari masa tirakat ku dan malam ini masuk malam ke 40, tujuannya gampang aja, aku penasaran dengan dunia ghaib yg pernah aku dengar. Malam ini akan aku buktikan bahwa alam ghaib itu ada
Malam ke 40, tepat jam 12 malam, aku membuka mata setelah seharian aku bersila di ruang semedi dan yang pertama kulihat adalah sebuah sinar tepat di depanku, sinar berwarna hijau, lalu kuamati dan tanpa kusadari kuambil sinar itu yg ternyata hanya sebuah batu dan sekrg batu itu ada dalam genggamanku..
Entah siapa yg memerintahkan, batu itu bisa kuterawang,berlahan kupejamkan mata, konsentrasi dan roh ku akan masuk kedalam batu itu.
Aku merasa entah berada di mana, tubuhku seperti berada di sebuah padang pasir yang tdk panas, kulihat disekitarku, semuanya kosong, sejauh mata memandang hanya jalan berpasir yg tiada bertepi, seolah-olah diujung jalan itu adalah batas bola dunia, seperti langit. Aku terus berjalan krn kulihat ada setitik cahaya yng setelah kudekati ternyata sebuah bangunan..
Bentuknya anej, bangunan itu mirip tembok tua yang berdiri kokoh tanpa jendela sama sekali, tapi hanya ada satu pintu, sementara di sekeliling bangunan itu tidak ada bangunan lain, persis sebuah bangunan berdiri di tanah lapang berpasir. Karena ada sinarlah maka bangunan itu terlihat agak terang. Aku terus melangkah dan sekrg berada persisi di depan pintu nya
Pintu kubuka berlahan, begitu berat gagang pintu dan engsel berdenyit, "kreeeeekh..." seperti pintu yg tertahan oleh karat dan sdh tdk pernah dibuka ratusah tahun lamanya.
Ada sedikit cahaya meneranginya yang ternyata berbentuk sebuah ruangan, dindingnya kusam, sebagian sdh dipenuhi lumut dan tidak ada perabot apapun di sana, kurasa ini lebih pantas di sebuat lorong yag besar. Aku mulai melangkah masuk, mengamati kiri kanan ruangan, dan apa itu? ada yg bergerak diatap plafon, ku amati, gerakan makin nyata, dia bergantung....
Dari atas langit-langit tembok jelas kulihat seorang anak kecil bergantung bak kelelawar, kepala menjulur ke bawah dengan lidah yg mengeluarkan liur, tiba-tiba dia melompat persisi ke depanku, "Eitttt..." aku mundur selangkah menghindar bila dia akan menyerang. Dengan posisi seperti anak kecil merangkak matanya menyorotku dengan tajam, gigi nya seperti ingin mengunyahku. "Kulonuwun mbah," Kata ku sopan sambil deg-deg an.
Suara kecilnya keluar, tapi parau, " Ngopo kowe rene.." (ngapain kamu ke sini?)
"Sy hanya ingin tau dunia ghaib dan tdk ada maksud apa-apa.."
"Tapi kau telah menganggu ketenangan ku...! Bentak makhluk kecil itu yg ternyata sangar juga
"Maaf mbah..." Jawabku bingung harus ngapain sekarang.
Dengan sekali lompatan dia sudah berada di punggungku, tanggannnya yg kecil berpgangan di rambutku, sangking kagetnya aku aku lompat dan lari sekuat tenaga tanpa berusaha melepaskan tubuhnya dari punggungku. Aku lari ke arah dalam bangunan dan tiba-tiba langkuhku terhenti krn ada dua jalan, dua pilihan kiri atau kanan? sementara makhluk d iatas pungungku mencengkram makin kuat, sementara wajahku sudah mulai basah oleh air liur mahkluk kecil itu..
Dengan sedikit kebranian kubanting makhluk itu, susah lepas tapi akhirnya "Bugggh" dia jatuh dan malah ia bergantung dikakiku. Tanpa buang aku terus berlari, arahnya?? Entah lah, aku milih belok kiri, aku berlari kyk org pincang krn makhluk itu masih menganduliku. Lari, lari..lari....
Lumayan ngos-ngosan, aku sekrang berada pd sebuah persimpangan, tp aku heran kemana makhluk kecil nan jelek tadi, mungkin dia terjatuh saat aku lari tadi, syukurlah, bau nya bikin daadaku sesak, amit-amit dah.
Aku harus kemana? Kiri, Kanan atau lurus aja?? Gila, ini benar-benar gila? apa akau balik mundur aja? ogah juga kalau harus ketemu mahkluk kecil itu lagi. Dari arah depan jalan sayup-sayup ku dengan suara benda di seret, "sreeet sreeet sreet, begitu berat rasanya, makin lama suara itu makin dekat dan makin jelas kulihat seorang kakek tua sedang menyeret tubuh pria dengan kondisi yg sangat menjijikan, pria itu gemuk, lehernya hampir putus dan terlihat tangan dan kakinya juga nyaris putus, luka seperti luka bekas gigitan. Kakek tua itu berhenti tepat di depanku, dia memandangku dengan dingin, setelah menatapku tajam, lalu dia juga memandang jasad yg ditariknya, seolah dia memberi isyarat kalau mayat itu adalah santapannya. Lalu aku apa juga akan dijadikan santapannya???
Jantungku seperti mau cobpot ketika secara tiba-tiba dia duduk dan melanjutkan makannya, tubuh pria itu dilahapnya pelan-pelan, ku lihat dia mengigit lengan dan menelan jari-jari tangan, menghirup darah kering dan waduuuuh pemandangan yg asing bagiku, dia mencongkel mata mayat itu lalu mengunyahnya, "Kriuk.., kriuk kriuk..." Perutku mual dan dengan membabi buta aku lompat dan berlari lagi.
Kini aku benar-benar gk tau lagi berada di mana, aku seperti berada pada sebuah kamar tua, kulihat ada kasur tua berikut kelamnunya yg sdh usang dan robek-robek dan apa aku tidak salah lihat, di samping ranjang megah itu berdiri seorang wanita, tidak muda juga tidak tua, dia menggunakan gaun putih, rambutnya panjang terurai sampai ke lantai, kelopak matanya hitam, dalam hati kusebut dia pasti bangsa kuntilanak. Tanpa bicara di memanggilku dengan telunjuknya..
AKu tak bisa berkata apa-apa, cuma aku lagi mencari di mana jalan keluarnya. Wanita itu tersenyum menyeringai, sementara aku tdk bergerak. Kuperhatiakan wanita itu terus melampaikan tangannya memanggilku, tp krn aku diam wajahnya berubah merah lalu dengan berlahan dan menyibak rambutnya yang panjang dan menutup wajahnya, lalu dia memperlihatkan kembali wajahnya yg lama-lama kulit nya mengeriput, dagingnya mengkerut dan seluruh daging wajahnya hangus berubah menjadi tengkorak dengan rambut yang juga mulai menipis dan rontok, dia tertawa terbahak-bahak menyasikan wajah pucatku..
Buru-buru aku mengucap dan sekian detik aku menemukan jalan keluar dari gedung tadi dan mataku terbuka mendapati tubuhku sedang semedi, sementara batu dengan sinar warna hijau masih tergeletak di depanku. Org bilng cara yg baru kugunakan adalah rogoh sukmo, bisa kemana sj roh kita pergi meninggalkan raga, tapi jujur aku tdk lagi mau pergi ke sebuah tempat yang bila tdk ku ketahui bagaimana gambarannya. Besok aku coba menyusuri kuburan, aku yakin bisa. (selesai)
Kamis, 03 Oktober 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Comment:
Posting Komentar