Rabu, 02 Oktober 2013

Lima tahun usia pernikahanku dengan Ellen sungguh masa yang sulit

Lima tahun usia pernikahanku dengan Ellen sungguh masa yang sulit.



Semakin hari semakin tidak ada kecocokan diantara kami. Kami

bertengkar karena hal-hal kecil. Karena Ellen lambat membukakan pagar

saat aku pulang kantor. Karena meja sudut di ruang keluarga yang ia

beli tanpa membicarakannya denganku, bagiku itu hanya membuang uang

saja.







Hari ini, 27 Agustus adalah ulang tahun Ellen. Kami bertengkar pagi

ini karena Ellen kesiangan membangunkanku. Aku kesal dan tak

mengucapkan selamat ulang tahun padanya, kecupan di keningnya yang

biasa kulakukan di hari ulang tahunnya tak mau kulakukan. Malam

sekitar pukul 7, Ellen sudah 3 kali menghubungiku untuk memintaku

segera pulang dan makan malam bersamanya, tentu saja permintaannya

tidak kuhiraukan.



Jam menunjukkan pukul 10 malam, aku merapikan meja kerjaku dan

beranjak pulang. Hujan turun sangat deras, sudah larut malam tapi

jalan di tengah kota Jakarta masih saja macet, aku benar-benar dibuat

kesal oleh keadaan. Membayangkan pulang dan bertemu dengan Ellen

membuatku semakin kesal!

Akhirnya aku sampai juga di rumah pukul 12 malam, dua jam perjalanan

kutempuh yang biasanya aku hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai

di rumah.

Kulihat Ellen tertidur di sofa ruang keluarga. Sempat aku berhenti di

hadapannya dan memandang wajahnya. “Ia sungguh cantik” kataku dalam

hati, “Wanita yang menjalin hubungan denganku selama 7 tahun sejak

duduk di bangku SMA yang kini telah kunikahi selama 5 tahun, tetap

saja cantik”. Aku menghela nafas dan meninggalkannya pergi, aku ingat

kalau aku sedang kesal sekali dengannya.



Aku langsung masuk ke kamar. Di meja rias istriku kulihat buku itu,

buku coklat tebal yang dimiliki oleh istriku. Bertahun-tahun Ellen

menulis cerita hidupnya pada buku coklat itu. Sejak sebelum menikah,

tak pernah ia ijinkan aku membukanya. Inilah saatnya! Aku tak

mempedulikan Ellen, kuraih buku coklat itu dan kubuka halaman demi

halaman secara acak.

14 Februari 1996. Terima kasih Tuhan atas pemberianMu yang berarti

bagiku, Vincent, pacar pertamaku yang akan menjadi pacar terakhirku.

Hmm… aku tersenyum, Ellen yakin sekali kalau aku yang akan menjadi suaminya.

6 September 2001, Tak sengaja kulihat Vincent makan malam dengan

wanita lain sambil tertawa mesra. Tuhan, aku mohon agar Vincent tidak

pindah ke lain hati.

Jantungku serasa mau berhenti…

23 Oktober 2001, Aku menemukan surat ucapan terima kasih untuk

Vincent, atas candle light dinner di hari ulang tahun seorang wanita

dengan nama Melly. Siapakah dia Tuhan? Bukakanlah mataku untuk apa

yang Kau kehendaki agar aku ketahui…

Jantungku benar-benar mau berhenti. Melly, wanita yang sempat dekat

denganku disaat usia hubunganku dengan Ellen telah mencapai 5 tahun.

Melly, yang karenanya aku hampir saja mau memutuskan hubunganku dengan

Ellen karena kejenuhanku. Aku telah memutuskan untuk tidak bertemu

dengan Melly lagi setelah dekat dengannya selama 4 bulan, dan

memutuskan untuk tetap setia kepada Ellen. Aku sungguh tak menduga

kalau Ellen mengetahui hubunganku dengan Melly.

4 Januari 2002, Aku dihampiri wanita bernama Melly, Ia menghinaku dan

mengatakan Vincent telah selingkuh dengannya. Tuhan, beri aku kekuatan

yang berasal daripadaMu.

Bagaimana mungkin Ellen sekuat itu, ia tak pernah mengatakan apapun

atau menangis di hadapanku setelah mengetahui aku telah

menghianatinya. Aku tahu Melly, dia pasti telah membuat hati Ellen

sangat terluka dengan kata-kata tajam yang keluar dari mulutnya.

Nafasku sesak, tak mampu kubayangkan apa yang Ellen rasakan saat itu.

14 Februari 2002, Vincent melamarku di hari jadi kami yang ke-6. Tuhan

apa yang harus kulakukan? Berikan aku tanda untuk keputusan yang harus

kuambil.

14 Februari 2003, Hari minggu yang luar biasa, aku telah menjadi

Nyonya Alexander Vincent Winoto. Terima kasih Tuhan!

18 Juli 2005, Pertengkaran pertama kami sebagai keluarga. Aku harap

aku tak kemanisan lagi membuatkan teh untuknya. Tuhan, bantu aku agar

lebih berhati-hati membuatkan teh untuk suamiku.

7 April 2006, Vincent marah padaku, aku tertidur pulas saat ia pulang

kantor sehingga ia menunggu di depan rumah agak lama. Seharian aku

berada mall mencari jam idaman Vincent, aku ingin membelikan jam itu

di hari ulang tahunnya yang tinggal 2 hari lagi. Tuhan, beri kedamaian

di hati Vincent agar ia tidak marah lagi padaku, aku tak akan tidur di

sore hari lagi kalau Vincent belum pulang walaupun aku lelah.

Aku mulai menangis, Ellen mencoba membahagiakanku tapi aku malah

memarahinya tanpa mau mendengarkan penjelasannya. Jam itu adalah jam

kesayanganku yang kupakai sampai hari ini, tak kusadari ia

membelikannya dengan susah payah.

15 November 2007, Vincent butuh meja untuk menaruh kopi di ruang

keluarga, dia sangat suka membaca di sudut ruang itu. Tuhan, bantu aku

menabung agar aku dapat membelikan sebuah meja, hadiah Natal untuk

Vincent.

Aku tak dapat lagi menahan tangisanku, Ellen tak pernah mengatakan

meja itu adalah hadiah Natal untukku. Ya, ia memang membelinya di

malam Natal dan menaruhnya hari itu juga di ruang keluarga.

Aku sudah tak sanggup lagi membuka halaman berikutnya. Ellen sungguh

diberi kekuatan dari Tuhan untuk mencintaiku tanpa syarat. Aku berlari

keluar kamar, kukecup kening Ellen dan ia terbangun… “Maafkan aku

Ellen, Aku mencintaimu, Selamat ulang tahun…”

0 Comment:

Posting Komentar